Kamis, 07 Desember 2023

, ,

JIKA CINTA TIDAK PERNAH ADA | CHAPTER 2

CHAPTER 2

* * *

Katjia Leonna Doo Louva adalah seorang putri dari aktor dan aktris ternama Leion dan Geathan Lou Beba. Kedua orang tuanya mulai terkenal karena debut mereka sebagai pemeran utama dalam sebuah teater drama Cinderella yang berhasil viral dan ditonton ratusan juta orang. Tidak ada yang menyangka chemistry keduanya dalam berakting mampu membuat jatuh cinta banyak orang. Lova juga menyetujui seperti apa orang tuanya ketika ada di rumah, mereka memang sangat romantis seperti ucapan orang-orang. Mereka masih sering mengungkapkan mencintai satu sama lain meskipun drama itu sudah dua puluh tahun berlalu.

Tetapi sayangnya kecintaan dalam dunia akting orang tuanya tidak menurun pada Lova. Ia sendiri malah menyukai dunia olahraga. Maka tidak heran sekarang Lova menjadi salah satu mahasiswa Renang di Grand Athlete University atau orang-orang dengan mudah menyebutnya GAU, kampus paling terkenal di Indonesia yang menghasilkan banyak sekali atlit-atlit berbakat tanah air. Lova ingin menjadi salah satu dari atlit berbakat itu, terutama dalam cabang olahraga renang.

Berenang sudah menjadi bagian dari hidup Lova sejak kecil. Sebab di halaman belakang rumahnya memiliki kolam renang yang sangat besar. Sayangnya kolam renang sebesar itu hanya Lova saja yang senang menggunakannya hingga kegiatan itu menjadi hobi Lova sehari-hari, sampai akhirnya kecintaan terhadap renang menjadi tujuannya memilih kuliah di GAU.

Tetapi meskipun masih menjadi mahasiswa jurusan Renang, semua orang di GAU mewajibkan menyebut para mahasiswanya sebagai atlit. Lova memang akan menjadi atlit renang yang sangat sukses dan membanggakan Indonesia nantinya. Lova yakin itu. Tetapi di antara kegiatan perkuliahannya, Lova malah jatuh cinta dengan seorang atlit basket GAU yang sudah banyak sekali membawa banyak piala meskipun semua anggota timnya masih berkuliah. Banyak  orang mengenalnya sebagai bintang basketnya GAU, siapa lagi kalau bukan laki-laki bernama Roar Laga Yngvar.

Lova adalah penggemar nomor satu Roar. Entah orang lain mengetahuinya atau tidak, tapi Lova yakin kalau Roar sendiri sudah tahu siapa dirinya. Ia penggemar Roar yang selalu datang pada setiap pertandingan yang diikuti oleh laki-laki itu. Tidak pernah Lova lewatkan sedikitpun.

Tetapi perhatian Lova terhenti ketika melihat Roar yang sudah berdiri di dekat gerbang utama GAU. Lova tersenyum lebar menyadari keberadaan Roar di sana. Ia merapikan rambutnya yang masih basah karena berenang tadi tapi secepat mungkin Lova harus mendekat ke arah laki-laki itu, setiap hal yang ada pada Roar tidak luput dari perhatian Lova, termasuk saat ia melihat tangan Roar mengenakan perban. Lova yakin tadi tangan laki-laki itu masih baik-baik saja, tapi kenapa sekarang tangan Roar terluka?

Lova mendekati laki-laki itu dengan perasaan panik. “Tangan kamu terluka?” tanyanya tanpa basa-basi. “Kamu baik-baik aja kan? Nanti masih bisa latihan basket? Masih bisa ikut pertandingan juga kan?”

Terlalu banyak pertanyaan khawatir yang Lova ajukan. Sementara wajah Roar yang biasanya datar kini terlihat menahan amarah melihat perhatian Lova kepadanya. Roar bahkan mengepal kuat tangannya yang sedang diperban. Ia terlalu tidak suka dengan keberadaan Lova yang selalu berada di dekatnya.

“Roar?” panggil Lova dengan begitu beraninya menyebut nama laki-laki itu. Ia bahkan lupa untuk menanyakan apakah Roar suka dengan hadiahnya atau tidak. Lova bingung karena Roar tampak menyimpan masalah yang tidak bisa Lova tebak apa itu. Selain ia harus menerima kenyataan kalau Roar mungkin tidak akan pernah mengatakannya karena laki-laki itu sudah sangat membencinya—benci pada penggemar nomor satunya.

Roar melangkah mendekat untuk menutup jarak keduanya. Tidak memedulikan banyak orang melewati gerbang utama akan memperhatikan mereka. Tetapi Roar tetap menatap tepat ke dalam mata Lova. “Berhenti!” tegasnya. “Berhenti buat kasih hadiah apa pun ke gue! Gue gak suka lihat lo ada di ruang ganti. Gue gak suka lihat lo dengan gampang percaya sama teman-teman gue. Gue gak suka lo ada di sekitar gue. Gue udah berkali-kali bilang tapi lo gak pernah ngerti? Gue gak suka! Gue gak butuh!”

Lova terdiam mendengar sepanjang itu ucapan Roar kepadanya. Ini memang bukan pertama kali Roar menolaknya, tapi baru kali ini ia benar-benar malu karena suara Roar bisa saja didengar oleh banyak mahasiswa lain yang lewat. Apa Roar tidak malu jika mereka semua mendengar? Kalau laki-laki itu memang tidak malu, itu artinya Lova juga harus merasakan yang sama. Ia dengan berani membalas setiap ucapan Roar. “Apa aku salah jadi penggemar kamu? Apa aku sangat-sangat salah di mata kamu sampai kamu harus bilang di tempat ramai kayak gini? Roar, penggemar kamu itu bukan cuma aku. Tapi kamu … kenapa kamu kayaknya benci banget sama aku? Di antara penggemar kamu yang lain, cuma aku yang kamu benci ya kan?”

“Ya.” Jawaban Roar sudah sangat menjawab pertanyaan Lova. Tetapi dia tetap melanjutkan ucapannya karena bagi Roar, seseorang seperti Lova tidak akan pernah mengerti keinginannya. “Cuma lo yang gue benci. Karena penggemar gue yang lain gak ada yang nekat kayak lo. Mereka biasa aja buat jadi pendukung gue. Bukan kayak lo yang terlalu terobsesi sama gue. Gue udah capek sama latihan pertandingan gue, tapi lihat wajah lo makin buat gue muak!”

Sial! Lova menyalahkan dirinya sendiri di dalam hati karena dengan mudah matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Roar. Ia jadi tidak berani untuk menoleh dan memperhatikan keadaan di sekitarnya. Apakah orang-orang mendengar ucapan laki-laki itu? Apakah mereka tahu kalau Roar sangat membenci Lova?

“Tolong bilang sama aku, apa salah aku, Roar? Apa aku buat salah sampai kamu benci penggemar kamu sendiri? Aku gak mau buat kamu jadi benci aku. Aku gak mau kamu jadi gak suka sama keberadaanku, Roar.”

Roar tidak mengatakan apa-apa selain menatap Lova lebih lama lagi. Perempuan yang biasanya ia lihat tersenyum sangat lebar di tribun penonton tapi kini ada di depan matanya sendiri. Mata yang berbinar saat itu telah tergantikan dengan mata yang siap menumpahkan tangisan. Kata-kata Roar tadi berhasil melukai perasaan Lova, tapi entah apakah Lova akan menuruti setiap permintaan Roar atau tidak. Roar sudah cukup tahu kalau Lova tidak akan menghentikan kegilaan perempuan itu terhadap dirinya. Seperti saat Roar menyuruhnya pertama kali untuk berhenti tapi Lova tidak juga berhenti.

Sekali lagi Roar menatap Lova hingga Lova menantikan laki-laki itu. Lova sampai tidak menyadari bahwa ini adalah waktu terlama Roar menatapnya. Ini juga waktu terlama Lova untuk berada di dekat laki-laki itu. Idolanya yang selalu menjauh setiap kali Lova dekati. Idolanya yang sangat membenci penggemarnya sendiri.

“Roar!” ucap Lova lagi. “Bilang sama aku, apa salahku? Aku akan berhenti kalau kamu gak suka! Kalau perlu aku akan berhenti jadi peng—”

Tetapi Roar tiba-tiba saja pergi meninggalkan cewek itu, sebelum Lova melanjutkan ucapannya. Lova hanya bisa terdiam memperhatikan tubuh tinggi tegap laki-laki itu yang semakin menjauh.

Sangat-sangat jauh.

Seakan semakin sulit untuk Lova gapai.

* * *

Lova masih tidak mengerti dengan ini semua.

Dengan Roar yang membencinya. Dengan Roar yang tidak ingin dirinya berada di sekitar laki-laki itu. Dengan Roar yang selalu pergi setiap kali Lova ingin menghentikan dirinya menjadi penggemar laki-laki itu.

Apakah Roar benar-benar memiliki rasa benci kepadanya? Apakah hanya pada Lova saja? Bagaimana dengan penggemar laki-laki itu yang lain? Bukan hanya Lova yang selalu memberi hadiah. Lova tahu itu. Ia sendiri mengikuti beberapa mahasiswa lain di GAU yang memiliki minat sama pada Roar. Mereka bisa memberikan hadiah ke Roar tanpa perlu mendapatkan amarah dari laki-laki itu.

Lova masih diam berdiri di tempat sebelumnya. Meskipun Roar sudah tidak terlihat beberapa menit yang lalu, tetapi penolakan Roar yang kedua kalinya membuat Lova sedang berusaha menenangkan hatinya. Roar memintanya untuk berhenti mendekati laki-laki itu. Roar memintanya untuk berhenti untuk selalu memberikan hadiah kepadanya. Apakah Lova benar-benar harus menuruti permintaan laki-laki itu? Lova sebenarnya jelas tidak ingin. Ia tetap mau berada di dekat Roar persis seperti yang ia katakan secara langsung pada Roar, tapi jika memang keberadaan Lova mengganggu mungkin … mungkin ia akan benar-benar berhenti menjadi penggemar laki-laki itu.

“Belum pulang?”

Suara itu membuat Lova menoleh dengan cepat ke sumber suara. Ia langsung mendapat kehadiran Moron yang sedang tersenyum ke arahnya. Moron, teman satu tim Roar yang lain. Kalau Moron jelas Lova tidak merasa heran kalau dia mengenalnya. Tidak seperti Lova terkejut kalau Loki juga mengetahui dirinya. Moron adalah informan setia yang Lova punya jika ia ingin tahu jadwal pertandingan yang tim basket GAU ikuti.

Lova menggeleng lemah dan tersenyum kecil. “Belum. Baru aja mau pulang.”

“Kenapa? Muka lo kayaknya lagi sedih banget?” tanya Moron lagi. “Ah, pasti karena Roar kan?”

Lova tidak menjawab. Bahkan teman-teman Roar sendiri tahu apa pun hal yang Lova rasakan pasti berkaitan dengan Roar. Tadi Loki tahu jika ia ingin memberikan hadiah ke Roar. Lalu sekarang Moron pun tahu kalau wajahnya sedih pasti berkaitan dengan Roar. Dan Lova tidak paham apa yang dimaksud Roar untuk menjauhi teman-temannya? Mereka bahkan sangat baik ke Lova. Lalu untuk apa dan alasan apa yang Lova punya agar menjauh dari mereka?

“Sedih ya gak bisa lihat Roar tanding nanti?”

“Hah?” Lova terkejut mendengar pertanyaan itu. “Gak bisa kenapa?”

“Lho? Lo belum tau?” Moron tampak bingung. “Roar gak akan ikut pertandingan. Next season mungkin baru dibolehin ikut. Gue sedih banget sih, lo pasti gak datang ke pertandingan karena gak ada Roar.”

Lova sama sekali tidak tahu kalau Roar tidak ikut pertandingan. Apa karena tangan laki-laki itu terluka? Roar juga tidak mengatakan apa pun. Bodoh! Roar jelas tidak akan memberi tahu apa-apa ke Lova kalau saja Lova tidak mencari tahu sendiri tentangnya.

“Ada apa ya sampai Roar gak bisa ikut pertandingan?” tanya Lova penasaran. “Aku juga sempat lihat tangannya tadi diperban. Dia luka karena apa?”

“Berantem,” balas Moron sangat santai.

“Berantem?”

“Iya,” lanjutnya mengangguk. “Dia pukuli Loki sampai Loki gak sadarkan diri dan ibawa ke rumah sakit. Coach hukum Roar buat gak ikut pertandingan sebagai hukumannya.”

“Tadi kamu bilang … Roar pukul Loki?” Lova sukses terkejut dan tidak percaya. “Gimana bisa Roar pukul temannya sendiri?”

Moron mengangkat bahu. “Gue gak tau jelasnya. Keliatan banget Roar marah dan mukul pakai emosi. Oh iya, dia juga kayaknya banting hape Loki yang gue gak tau maksudnya apa.”

Lova tertegun dan memikirkan banyak hal. Tentang Roar yang memintanya berhenti. Tentang Roar yang memintanya untuk menjauh dari teman laki-laki itu. Apa ini berkaitan dengan Loki? Tapi apa yang Loki lakukan sampai Roar harus memukulnya? Apa semua ini karena dirinya?

Karena Lova yang meminta Loki memberikan hadiah ke Roar hingga dia menjadi korban kekerasan. Mungkin. Mungkin karena perasaan bencinya Roar ke Lova membuat cowok itu melampiaskan amarahnya ke Loki.

Tidak seharusnya Roar melakukan itu.

“Idola lo serem juga ya. Bisa-bisa dia dijauhi sama anggota tim kalau gitu.”

Lova tidak ingin Roar jadi dibenci sama teman-temannya sendiri. Tapi apa yang harus Lova lakukan sekarang?

Apa ia rela berhenti menjadi penggemar Roar?

* * *

Continue reading JIKA CINTA TIDAK PERNAH ADA | CHAPTER 2

Senin, 27 November 2023

, ,

JIKA CINTA TIDAK PERNAH ADA | CHAPTER 1

 

JIKA CINTA TIDAK PERNAH ADA

            A novel by Erlita Scorpio
    

CHAPTER 1

* * *

"GO ROAR! GO ROAR! GO ROAR!"

"GAU HO HO! GAU HO HO!"

"ROAR! GAU! ROAR! GAU! WINNER!"

Suara-suara pendukung Roar memang terdengar dari setiap tribun hanya untuk menyemangati laki-laki yang sedang memantulkan bola dan membawanya ke keranjang lawan. Lemparannya yang tinggi berhasil membawa bola itu seakan terbang mengikuti perintah Roar hingga berhasil masuk dengan sempurna. Suara pendukungnya kembali terdengar riuh karena sang bintang basket Grand Athlete University angkatan ke-10 itu berhasil membawa kemenangan pada pertandingan kali ini.

Roar pun berlari mendekati teman-teman satu timnya yang sangat senang sudah membawa piala pada hari ini. Mereka saling berpelukan memberikan selamat satu sama lain atas kerja keras mereka. Tetapi Roar mendadak berhenti, perhatiannya tertuju kepada seorang cewek yang terlihat berdiri dan begitu kecil di antara banyaknya orang di tribun. Roar dapat melihat bagaimana cewek itu tersenyum sangat lebar kepadanya.

Cewek yang dengan bangga mengenakan kaus bertuliskan "Penggemar No.1 Roar" kini melompat-lompat untuk mencoba menarik perhatiannya. Sialnya, dia memang berhasil menarik perhatian Roar untuk melihat ke arah sana. Tetapi sebelum cewek itu merasa terlalu percaya diri ketika Roar melihatnya, Roar langsung saja mengalihkan pandangan dan memutuskan pergi dan tidak memedulikan keberadaan siapa pun.

Roar tidak perlu pendukung. Roar sama sekali tidak membutuhkan penggemar. Apalagi kalau penggemarnya adalah cewek itu. Lebih baik tidak usah.

Sementara cewek yang berdiri di tribun itu masih tersenyum lebar melihat kepergian Roar. Meskipun Roar tidak lagi melihat kepadanya. Tapi kesadaran bahwa Roar mengetahui dirinya ada di sana untuk mendukung laki-laki itu sudah lebih dari cukup.

Mengetahui bahwa Roar Laga Yngvar tahu keberadaannya di dunia sudah sangat cukup.

Cukup. Itu sudah lebih baik untuk saat ini.

* * *

Lova berkali-kali melirik ke arah ruang ganti para pemain basket GAU. Ia tidak bisa masuk ke dalam sana kalau tidak memiliki tujuan penting. Entah keperluannya nanti disebut penting atau tidak. Tapi yang jelas kalau ketahuan pasti ia akan dimarahi oleh pelatih basket GAU.

Kalau saja alasannya bisa diterima, Lova ingin mengatakan bahwa ia ingin memberikan hadiah kepada Roar. Lova ingin memberikan selamat atas kemenangan laki-laki itu. Tetapi Lova sepertinya harus menahan diri, ia mengeratkan jaketnya untuk menutupi kaos spesial yang ia buat khusus untuk Roar. Kaos yang menunjukkan bahwa ia adalah pendukung laki-laki itu. Hanya saja mungkin nanti ia baru bisa memberikan hadiah ini kepadanya.

Meskipun Lova menunjukkan begitu terang-terangan bahwa ia menyukai Roar. Tapi sebenarnya Lova tidak seberani itu untuk berbicara secara langsung ke Roar. Apalagi Roar sangat menutup diri. Di antara teman-temannya yang lain, hanya Roar yang tidak ingin bertemu penggemarnya yang sangat banyak itu. Dia seolah-olah tidak peduli dengan semua orang. Apalagi jika penggemarnya hanya cewek tidak menarik seperti Lova, mungkin ia sudah berada pada baris paling akhir jika ada antrean untuk bertemu Roar secara langsung.

Lova memutuskan untuk berbalik dan pergi dari depan pintu ruang ganti pemain basket GAU. Ia sangat sedih tidak bisa bertemu Roar hari ini.

“Katjia?”

Suara itu berhasil mengejutkan Lova dan membuat cewek itu mendongak. Ia menemukan Loki, teman satu tim Roar, yang baru saja menyapa dan mengetahui namanya. Bagaimana mungkin seorang pemain basket GAU bisa mengenalnya?

“Lo Katjia kan?” tanyanya lagi memastikan. “Ada apa seorang Katjia berdiri di depan pintu sekarang?”

“Kamu kenal aku?” Lova berbalik tanya.

Loki tersenyum geli. “Siapa yang gak tau lo sih? Kayaknya satu Indonesia tau siapa lo karena orang tua lo itu,” jawabnya membuat Lova langsung mengerti. “Jadi ada apa, Katjia?”

“Aku ….” Lova terdiam sejenak, berpikir apakah ia perlu memberi tahu bahwa ia ingin melihat Roar atau tidak. Apakah ia juga membutuhkan bantuan untuk memberikan hadiah ini kepada cowok itu atau tidak. “Aku ….”

“Mau ketemu Roar?”

Lova terkejut karena tebakan Loki sangat benar. Ia pun mengangguk gugup untuk menjawabnya.

“Terus kenapa masih di sini? Kenapa lo gak masuk ke dalam?” tanya Loki terlihat santai, seakan-akan bahwa Lova atau siapa pun boleh saja masuk ke dalam sana.

Lova menggeleng pelan. “Aku takut dimarahi. Apalagi aku bukan bagian dari tim basket GAU. Gimana bisa tiba-tiba orang asing masuk ke dalam ruangan itu? Privasi.”

Loki tertawa mendengarnya. Respons cowok itu berhasil membuat Lova kebingungan. “Sebenarnya boleh. Cuma karena fans fanatik Roar aja yang suka masuk tiba-tiba jadi pelatih larang yang gak berkepentingan masuk.”

“Apalagi itu,” balas Lova lagi. “Kalau pelatih tau aku juga fans Roar, udah pasti dia bakal marah-marah dan usir aku kayak yang lain.”

“Lo mau kasih sesuatu sama dia?” tanya Loki lalu perhatiannya tertuju pada kotak yang ada di tangan Lova. Pertanyaan itu membuat Lova mengangguk cepat. “Gue bisa bantu kasih hadiahnya ke Roar. Tapi jelas gak gratis.”

“Gak gratis?” Lova berbalik tanya bingung. “Aku harus bayar berapa?”

“Bukan pakai uang.” Loki tiba-tiba saja mengeluarkan ponselnya dan membuka fitur kamera. Ia mengarahkan kameranya pada wajah Lova. Loki sudah memotret wajah Lova tanpa aba-aba. Tanpa memberi tahu apa Lova menyetujuinya atau tidak. “Cukup pakai foto lo aja.”

Lova terkejut bukan main. “Fotoku? Buat apa?”

“Biar kasih bukti ke Roar kalau lo yang kasih hadiah ke dia.” Loki menjawab dengan senyuman.

“Oh,” balas Lova baru paham. “Itu gratis dong namanya. Tapi apa gak repotin kalau kamu yang kasih?”

“Repot?” tawa Loki kembali terdengar. “Nggak sama sekali.” Ia langsung mengambil kotak itu dari tangan Lova. “Udah sini gue mau masuk. Lo balik aja ke kelas. Pasti ada kelas kan? Sana-sana! Hadiah lo aman sama gue!”

Lova yang memang memiliki kelas langsung mengangguk. Ia pun tersenyum dengan semangat ke arah Loki. “Terima kasih udah bantu aku.” Setelah itu Lova pergi dan Loki hanya tersenyum lalu masuk ke dalam ruang ganti pemain basket GAU.

* * *

“Hadiah dari fans lo!”

Roar tidak siap ketika menerima sebuah kotak yang tiba-tiba saja dilempar oleh Loki dari arah pintu. Ia kebingungan karena temannya itu dengan seenaknya menerima hadiah dari penggemarnya dan memberikan kotak ini kepadanya.

“Siapa?” tanya Roar cepat. Entah kenapa ia penasaran dengan seseorang yang memberikan hadiah ini. Apalagi melihat Loki tersenyum sangat bangga ketika masuk ke dalam ruangan ini. Dan juga Loki mengabaikan tatapan bertanya dari teman satu timnya yang lain.

“Fans lo.” Ulang Loki seakan tidak peduli.

Roar kembali bertanya, “Lo kenal?”

“Kenal, tapi kayaknya lo gak bakal ingat satu per satu nama fans lo kan?” Loki masih tidak bisa menyembunyikan senyum. Matanya kembali melirik ke layar ponselnya dan seperti memperhatikan hal yang begitu menarik di dalam sana.

“Gue tanya siapa namanya?!” Roar sangat marah sekarang. Loki sudah sangat membuatnya marah. Ia tidak senang kalau ada penggemar yang memberikan hadiah seperti ini dan di antara penggemarnya, sebenarnya masih ada satu yang paling nekat, jika Roar menebaknya dengan benar pasti cewek itu—cewek yang memakai kaus bertuliskan namanya itu.

“Kalau lo gak suka hadiah dari dia ya tinggal buang aja,” balas Loki lagi. “Udah jangan ganggu! Gue mau ke toilet!”

Perasaan Roar tidak yakin. Ia juga tidak peduli apa yang ada di kotak ini. Yang ia pedulikan adalah apa yang ada di dalam ponsel Loki sampai berhasil membuat laki-laki itu tidak bisa mengalihkan pandangan dan terus tersenyum.

Loki berjalan ke arah toilet dan mengasingkan diri dari banyak orang. Ia mengunci pintu lalu menyalakan ponselnya lagi, layarnya masih menunjukkan foto Lova dengan wajah cantik polosnya. Perlahan laki-laki itu menurunkan celananya lalu celana dalamnya. Tangannya meraba dengan perlahan kemaluannya dan matanya tidak lepas dari memandangi wajah cantik Lova. Gerakan tangannya itu semakin cepat dan berhasil membuat nafsunya makin meninggi.

Namun kesenangan Loki terhenti ketika pintu toilet didobrak dengan sangat kuat dan memunculkan Roar dengan wajah begitu marah di sana. Loki terkejut dan menarik celananya dengan cepat, tapi sebelum usahanya berhasil, wajahnya sudah ditonjok dengan sangat kuat oleh Roar.

Keributan itu terdengar dan tercipta begitu saja. Loki yang terkapar di lantai toilet masih sulit mengendalikan diri. Dan Roar, jelas saja tangannya masih mengepal dengan kuat, urat-uratnya terbentuk karena menahan emosi, tapi kelakuan bejat Loki sudah sangat keterlaluan dan membuat Roar memukul lagi teman satu timnya itu tanpa ampun.

“BANGSAT!”

Pukulan demi pukulan Roar layangkan ke wajah dan tubuh Loki. Ia tidak peduli bagaimana keadaan laki-laki itu. Ia tidak peduli konsekuensi apa yang akan ia terima ketika melakukan ini. Tetapi satu hal yang pasti, Roar tidak menyesal telah melakukannya.

“SIALAN LO!”

Suara pukulan dan amarah Roar berhasil membuat semua orang mendatangi toilet. Mereka terkejut menemukan Roar masih memukuli Loki yang hampir tidak sadarkan diri. Wajahnya sudah sangat babak belur. Dia bahkan tidak siap untuk membalas pukulan dari Roar. Setelah memastikan Loki tidak bisa lagi bergerak, Roar langsung merampas ponsel Loki dari tangan laki-laki itu, dan benar saja—tepat saat itu Roar melihat beberapa foto Lova yang dipotret oleh Loki.

Roar menghapus dengan cepat foto-foto Lova. Setelah itu ia membanting dengan kuat ponsel Loki sampai menjadi serpihan yang sulit untuk diperbaiki lagi.

“Ada apa ini?” Suara Mr. Garen, pelatih basket GAU, menghampiri dan terkejut melihat keributan yang dibuat oleh dua mahasiswanya. “Kenapa ada keributan dan kekerasan di dalam ruangan ini?!”

Roar menoleh dan menangkap tatapan tidak percaya dari Mr. Garen. “Kamu yang lakukan semua ini, Roar?” tanyanya tak menyangka. Ia mengabaikan Roar sejenak. “Cepat semua bantu Loki dan bawa dia ke rumah sakit!”

Semua pemain basket GAU lain menurut dan membantu Loki yang sudah tidak sadarkan diri. Sementara Mr. Garen mendekat ke arah Roar dan tidak lagi bisa menerima bahwa pemain basket terbaik di GAU sudah membuat masalah yang kelewatan.

“Kalau kamu memang memiliki masalah dengan Loki, jangan sampai kamu gunakan kekerasan lagi untuk menyelesaikannya!” ucap Mr. Garen. “Saya kecewa kamu melakukan ini, Roar. Saya harus tegas sekarang karena kamu gunakan kekerasan kepada teman satu tim kamu sendiri. Saya tidak ingin melihatmu bermain di pertandingan nanti. Supaya kamu tau tindakanmu saat ini adalah salah dan baru saya izinkan untuk kamu main di pertandingan berikutnya.”

Roar tidak menjawab. Membiarkan semua orang meninggalkannya seorang diri di dalam sana. Pandangan Roar terpaku ke arah lantai yang sudah ada darah Loki dan ponsel laki-laki itu yang hancur. Tetapi perasaannya masih gelisah. Ia tidak peduli tidak boleh mengikuti pertandingan berikutnya. Sebab yang ia pikirkan sekarang adalah perasaannya sendiri.

Katjia Leonna Doo Louva. Penggemar nomor satunya itu. Sudah sangat berhasil membuat amarah Roar melambung tinggi.

* * *

Continue reading JIKA CINTA TIDAK PERNAH ADA | CHAPTER 1

Sabtu, 18 November 2023

, , , ,

Cerita Terbaik Wattpad Tapi Sedikit Pembaca? | Rekomendasi Hidden Gems Wattpad

 

Sampul cerita "Jika Hidup Tidak Pernah Ada"

Cerita Bagus tapi Dapat Pembaca Sedikit?


Cerita Jika Hidup Tidak Pernah Ada adalah cerita terbaik gue yang memiliki pembaca paling sedikit di Wattpad. Kenapa terbaik? Karena gue merasakan relate sekali dengan beberapa tokoh dari cerita ini. Gue bahkan senang banget dengan alur dan bagaimana emosi-emosi para tokoh yang terjalin selama cerita.

Tetapi sayangnya, memang menulis di Wattpad itu sulit sekali mendapat pembaca. Mau seusaha apa pun gue promosi, entah kenapa gue belum bisa sehebat penulis-penulis lain yang berhasil mengantongi puluhan juta pembaca bahkan sampai ditawari berbagai hal dari banyak orang.

Huh, gue juga memang pengen seperti mereka. Cuma gue gak berhasil-berhasil. Gue belum mendapatkan rezeki buat bisa ada di posisi itu.

Hal sedih itu tiba-tiba mereda sebentar pas gak sengaja gue lihat ada pembaca yang review cerita Jika Hidup Tidak Pernah Ada. Dia bilang cerita ini bagus banget. Awalannya menarik. Dan satu lagi, bagaimana dia menggambarkan pesan dari ceritanya.

Sumpah! Gue gak pernah sangka kalau ada yang review cerita Wattpad gue yang pembacanya aja hampir gak ada. Remahan banget deh kalau di antara cerita Wattpad lainnya. Tapi dia benar-benar bikin perasaan sedih gue tergantikan dengan bahagia.

Meskipun sedikit pembaca, tapi ternyata kalau gue senang dengan ceritanya, gue akan tetap bahagia saat pembaca suka dengan cerita yang gue tulis. Salah satunya adalah cerita Jika Hidup Tidak Pernah Ada ini. Gue harap ke depannya akan ada keajaiban dan rezeki buat cerita ini karena gue sayang banget sama semua tokoh-tokohnya. Gea, Kal, Rora, dan terakhir si ganteng Leion.

Minta Maaf ke Karakter Fiksi


Iya gue benar-benar minta maaf ke karakter fiksi buatan gue sendiri. Gea, Kal, Rora, Leion, dan semua tokoh yang gak bisa gue sebut semua di sini, gue minta maaf. Andai mereka ditulis sama penulis lain, mungkin mereka udah dapat banyak pembaca sekarang. Mungkin mereka udah bisa jadi buku cetak, jadi film atau series, dibicarain orang-orang yang suka mereka, dan diidolain banyak orang. Sayangnya kisah sebagus mereka malah ditulis sama gue, jadinya orang-orang bahkan gak tau keberadaan mereka di dunia fiksi ini.

Tapi gue harap dan gue harus yakin, bahwa suatu saat nanti pasti banyak orang akan tau mereka. Gue akan selalu berdoa dan berharap sebanyak mungkin. Pasti. Pasti bisa. Meskipun gue sendiri gak tau kapan hal itu akan terjadi.

Baca sekarang cerita "Jika Hidup Tidak Pernah Ada" di Wattpad @erlitascorpio
(klik gambar di bawah)

Continue reading Cerita Terbaik Wattpad Tapi Sedikit Pembaca? | Rekomendasi Hidden Gems Wattpad

Minggu, 25 Desember 2022

, , , , ,

Jourlita #3

Ketika Semua Keinginan Tidak Terwujud



* * *

Gue selalu berpikir, setiap tahun, setidaknya semua keinginan gue tercapai. Atau minimal ada satu yang nggak bikin gue sedih banget mikirnya, kayak ... oh syukur deh senggaknya resolusi gue tahun ini masih ada yang terwujud.

Tapi sayangnya tahun ini, satu pun dari daftar keinginan gue atau kata lain writing goals 2022 gue kayak lagi ngetawain. "Mampus lo, semua keinginan lo gak tercapai!"

Bohong kalau gue jawab gue nggak sedih, gue gak nangis, atau gue nggak marah. Rasanya semua perasaan antara sedih, kecewa, marah, dan lucu bercampur jadi satu.

Gue nggak tau kenapa hidup gue harus jalan sehancur ini? Gue gak tau kenapa gue harus jadi manusia yang gak beruntung buat hidupnya sendiri? Kayak gimana gue mau berguna buat orang lain kalau buat diri gue sendiri aja gue jadi manusia yang payah. Gue jadi manusia yang harus terus menerima kenyataan kalau hidup ini memang gak adil. Kenapa gak seterusnya Tuhan taruh gue gitu di antara manusia beruntung lainnya? Atau senggaknya tunjukkan kalau gue bisa mendapatkan keadilan di dunia yang fana ini.

Sampai waktu bulan dari 2022 berakhir, gue merasa gak punya tanda-tanda bahwa gue bisa mencapai satu goals gue tahun ini. Semuanya seakan pupus karena percuma, waktu gue udah habis tahun ini. Semua keinginan gue di 2022 harus ditulis ulang buat 2023, dan kalau 2023 gak tercapai juga, mungkin akan berlanjut sampai 2024 atau tahun berikutnya.

Dan gue gak tau, kapan waktu yang tepat Tuhan kasih buat gue bisa capai semua keinginan gue. Semua orang akan selalu bilang, "Tunggu, ada waktunya yang tepat kok."

Gue selalu mau ketawa, tunggu? Tunggu sampai berapa lama? Tunggu sampai kapan gue bisa wujudkannya? Kenapa terus bilang tunggu padahal manusia punya sifat sabar yang kecil?

Gue benci menunggu.
Continue reading Jourlita #3

Sabtu, 22 Oktober 2022

, , , ,

Jourlita #2

Gue pernah lagi buka Twitter salah satu akun menfess yang tiba-tiba tweetnya tentang isi perpustakaan dia, terus si sender minta rekomendasiin mana yang harus dia baca duluan? Awalnya gue biasa sih lihat tweetnya, gak begitu tertarik sampai gue lihat ternyata salah satu cerita di perpustakaannya itu ada cerita gue juga.

Jelas gue harus senang dong karena akhirnya cerita gue ada di menfess, tapi ternyata gak semenyenangkan yang gue duga pas gue lihat reply tweetnya. Gue pikir setidaknya ada satu aja yang rekomendasiin cerita gue untuk dibaca sesuai dengan permintaan si sender, cuma sayangnya nggak ada satu reply pun yang sebut judul cerita gue.

Gak ada satu pun dari mereka yang rekomendasikan cerita gue buat dibaca. Hal sepele yang gak se-sepele itu buat gue. Malah kalau dirasain dan dipikirin lagi jadi kayak ... bikin sakit hati.

Gue tau pembaca cerita gue gak banyak, cuma maksudnya gak ada satu aja orang yang buat gue merasa kalau cerita gue ada lho, wajib dan layak dibaca.

Continue reading Jourlita #2

Jumat, 21 Oktober 2022

, , , ,

Jourlita #1

Minggu ini gue merasa mau nangis sepanjang hari dan setiap hari. Mencoba lupain kegagalan yang baru gue terima minggu ini. Mencoba gak peduli dan gak mau pikirin tentang itu, tapi ternyata gak bisa. Sialan, ternyata gak bisa. Air mata gue tetap keluar dan rasa sedihnya udah kayak menusuk hati gue banget.

Gue nulis cerita sejak tahun lalu. Gue udah mempersiapkan segala hal untuk nulis cerita itu. Untuk menyelesaikan cerita itu dengan harapan gue menang sebuah penghargaan. Gue pikir, gue pikir gue akan menang. Tapi ternyata, minggu ini gue harus menerima kenyataan semua cerita gue gak menang.

Sepanjang tahun 2022 gue merasa gak punya progres nulis yang bagus. Cerita gue memang banyak yang selesai. Tapi gak ada yang menghasilkan apa-apa. Yang baca sedikit, berharap ada penerbit yang tawarin terbit juga mustahil, apalagi sampai jadi best seller dan difilmkan atau diserialkan.

Gue merasa ... gue teramat sangat jauh untuk mencapai itu.

Gue melihat teman-teman penulis yang lain atau mungkin penulis yang gak gue kenal, gue merasa buat dapat rezeki itu kayak mudah banget. Buat mencapai mimpi-mimpi yang gue mau terasa sangat cepat buat mereka capai. Tapi kenapa gue gak pernah dipermudah? Kenapa gue gak pernah dikasih sebanyak yang penulis lain dapetin?

Gue pikir karier menulis gue akan membaik dan terus naik setiap tahun, tapi gue malah merasa semuanya makin sakit buat dilihat dan diterima.

Continue reading Jourlita #1

Kamis, 11 Agustus 2022

, , , , ,

Rekomendasi Cerita Wattpad - Hidden Gems

Orang-orang pasti selalu ada aja yang tanya, rekomendasi cerita wattpad hidden gems dong! Dan banyak sekali pembaca wattpad yang kirim semua cerita yang sangat mereka rekomendasikan.

Tapi sayangnya, di antara semua cerita wattpad yang mereka sebutkan, satu pun gak ada cerita yang gue tulis. Cerita gue gak pernah ada di posisi itu. Kalau gue coba cari cerita gue di berbagai media sosial, atau google, pasti gak ada yang rekomendasikan.

Sedih. Gue bahkan gak tau gimana caranya bilang rasa sedih gue jadi penulis yang gak pernah terlihat, gak pernah orang-orang tau siapa gue, gak pernah mereka rekomendasiin cerita gue kayak cerita dari penulis-penulis lain.

Gue gak tau harus bilang dan cerita ke siapa pikiran ini. Gue bahkan udah capek dengar semangat yang keluarga gue kasih. Gue tau mereka sayang sama gue, gue juga sayang sama mereka, tanpa dukungan mereka mungkin gue gak akan kuat jalanin ini. Tapi gue juga butuh wujud nyatanya, gue mau novel-novel gue bisa jadi novel wattpad best seller terus jadi film atau serial. Terus orang-orang mulai tau siapa gue. Mereka mulai mengenal karya-karya yang gue tulis dan mereka gak akan pernah tinggalin gue, karena mereka setia, karena mereka mendukung gue dengan tulus.

Cuma gimana gue mau wujudkan itu semua kalau pembaca aja sedikit, vote apalagi, dan komentar, gak ada satu pun yang komentar di cerita gue. Kuburan aja masih banyak orang yang datang, sementara cerita gue sepinya sangat-sangat parah.

Apa salah gue sebenarnya? Apa gue harus bikin cerita yang bad boy? 21+? Atau apa? Supaya pembaca wattpad tuh mau baca cerita gue.

Tahun ini karier menulis gue lebih buruk dari tahun sebelumnya. Cerita-cerita yang gue tulis gak berkembang dan naik angka pembacanya, sedih, sangat-sangat sedih. Gimana gue bisa dapat banyak pembaca kalau mereka aja gak vote, komentar, dan rekomendasiin ke orang-orang? Gimana gue bisa jadi penulis best seller kalau novel gue aja gak ada yang beli?

Padahal gue buat cerita tulus dari hati gue, semua yang dimulai dan ditulis di sana itu pakai hati. Pokoknya gue buat cerita yang bikin baper. Cerita wattpad yang bikin baper gue tulis buat pembaca wattpad gue.

Tapi impian yang ingin gue capai seketika hilang karena pembaca wattpad gue sangat-sangat sedikit.

Gue harap kalau kalian baca curhatan gue ini, kalian mau mampir dan beri dukungan ke cerita gue dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman. Bantu gue ajak mereka untuk baca cerita gue. Supaya gue bisa merasakan karya gue diapresiasi karena gue senang itu.


Continue reading Rekomendasi Cerita Wattpad - Hidden Gems

Selasa, 12 Juli 2022

, , , , , ,

A Memory Of Being A Wattpad Star Indonesia

Berdasarkan artikel yang gue baca di Wattpad, Wattpad Star adalah cara Wattpad mendukung penulis sukses dengan menawarkan alat dan bantuan untuk mempermudah proses perjalanan karier setiap penulis yang tergabung dalam program ini.
Bukan cuma untuk penulis cerita berbahasa Inggris, Wattpad juga memperluas sampai ke seluruh bahasa lainnya, termasuk Indonesia. Kalau gak salah tahun 2020 baru benar-benar ada di Indonesia.

Gue yang saat itu gak tau apa-apa cukup kaget adanya program ini. Tapi sedihnya gue gak termasuk ke dalam angkatan pertama Wattpad Star pada saat itu. Jelas sih gak kepilih karena gue bukan penulis populer di Wattpad, cerita-cerita yang gue tulis juga gak berjuta-juta pembaca, dan kecil kemungkin gue terlihat sama Wattpad sendiri.

Iya, gue memang selalu menyalahkan diri gue sendiri karena gue sadar kalau gue gak pernah jadi orang pertama dalam segala hal, termasuk jadi Wattpad Star. Pokoknya ya kayak ... orang lain tuh bisa duluan sukses sementara gue harus usaha dulu atau tunggu bertahun-tahun sampai gue berhasil dapatkan sesuatu yang gue mau. Jadi kesannya kayak anjir udah basi! Udah gak eksklusif lagi! Lo cuma orang ke sekian dari program yang orang-orang udah gak tertarik lagi.

Butuh dua tahun gue berjuang buat sampai di titik ini. Sampai jadi Wattpad Star, sampai ada lencana bintang di sebelah username Wattpad gue. Dan itu juga karena akhirnya setelah gue berhasil menang Wattys di tahun keenam usaha gue mendaftarkan cerita-cerita gue ke ajang penghargaan itu. Yang sebelum-sebelumnya sama sekali gak pernah menang. Dari situ, gue jadi melangkah lebih dekat lagi sama Wattpad karena mereka menawarkan gue untuk bergabung ke dalam program Wattpad Star Indonesia.

Gue senang, gue gak capek terus berjuang, walaupun mungkin orang mikir apa sih aneh banget? Dapat bintang doang aja lo seneng?

Tetapi kalau dilihat dari mata orang normal sih itu memang aneh hahaha .... Cuma menurut pandangan gue, bintang itu aja udah berarti karena artinya gue berhasil dapatkan apa yang udah gue usahakan selama ini.

Kalau kalian mau tau, gue cerita ke keluarga gue dengan muka yang amat bahagia (mungkin dipikir stress sama orang) karena akhirnya gue berhasil jadi Wattpad Star Indonesia untuk pertama kalinya tahun 2022.

Bulan April akhirnya lencana Wattpad Star ada di sebelah username gue. So happy!


Pengalaman jadi bagian program ini buat gue bangga, Wattpad benar-benar bantu cerita gue buat jadi dilihat lebih banyak pembaca. Cerita-cerita gue yang cuma 20K pembaca aja bisa naik jadi 100K cuma dalam sebulan karena dipromosikan di halaman depan aplikasi. Ini sangat membantu penulis cerita yang pembacanya dikit kayak gue.

Tapi sadly, tahun 2022 juga jadi akhir dari program ini. Bisa disimpulkan, gak sampai setahun gue jadi Wattpad Star. Asli sediiiih banget sih :") 

Tau kan perjuangan gue gimana dari awal baca tulisan ini? Butuh dua tahun lebih buat gue dapat di posisi ini, eh, ternyata gue malah jadi angkatan terakhir di program yang gue kejar mati-matian.

Pas ketik ini, jujur, gue sedih banget dan kepikiran banget haha .... Capeknya gue agak dibikin bercanda jadinya. But, gue harap gue masih punya kesempatan baru lagi nantinya yang membantu karier menulis gue and i hope i can be the first yang bisa merasakan program lain dari Wattpad nantinya.

So ... this is a memory of being a Wattpad Star Indonesia!

FOLLOW ME ON WATTPAD
Continue reading A Memory Of Being A Wattpad Star Indonesia

Minggu, 20 Maret 2022

, , , , , ,

Pemenang Wattys 2021 Indonesia

 Pemenang Wattys 2021 Indonesia


Gue gak tau harus mulai dari mana. Tapi pastinya kali ini gue akan bahas cerita gue yang jadi Pemenang Wattys 2021. 

Buat yang belum tau Wattys itu apa, jadi Wattys adalah suatu penghargaan yang diadakan oleh Wattpad untuk penulis di seluruh dunia dan Indonesia jadi salah satu negara yang mengadakan Wattys.

Tahun 2021 bukan tahun pertama gue ikut Wattys. Dari awal gue bikin akun Wattpad dan nulis cerita, gue udah daftarin cerita-cerita gue ke Wattys. Kalau gak salah dari 2016, gue selalu daftarin cerita gue. Jelas berharap banget buat jadi pemenang, sayangnya selama empat tahun gue daftar, gue gak pernah menang.

Jujur gue gak tau apa yang sebenarnya dicari untuk jadi Pemenang Wattys karena gue selalu menyiapkan cerita terbaik gue, cek segala macamnya sebelum daftar, tapi selalu berakhir gak menang. Jelas gue nangis haha tapi gak bisa ubah keadaan karena ya cerita gue gak ada di antara daftar pemenang.

Tapi tahun 2021 gue gak nyerah juga (emang orangnya selalu berjuang padahal gagal mulu), gue daftarin lagi cerita gue ke Wattys. Bahkan gue sampai daftarin tiga cerita karena barang kali ada yang menang, gue harap sih menang semua ya, cuma memang satu doang yang lolos jadi pemenang.

Cerita apa sih yang menang?

Ini dia ....

Jika Bulan Tidak Pernah Ada
by Erlita Scorpio

Jika Bulan Tidak Pernah Ada, adalah cerita tentang seorang cewek bernama Laluna yang sulit melupakan masa lalunya. Di mana dia harus melihat Antariksa, kekasihnya yang dibunuh tepat di depan matanya sendiri, dan penyebabnya pun karena Laluna alasannya. Semenjak itu, hidupnya penuh dengan rasa bersalah dan dia harus menghadapi dirinya sendiri yang tidak bisa menerima kenyataan itu.

Di dalam pikiran Laluna, ia terus menyalahkan dirinya, dan seharusnya Laluna yang dibunuh—bukan Antariksa. Hingga ia menjadi gila atas pikirannya yang penuh oleh Antariksa. Tapi sayangnya Laluna tidak punya teman, mereka semua menganggap Laluna gila karena dia suka berteriak tanpa sebab, marah, dan tidak ingin berbicara dengan orang lain.

Selama empat tahun Laluna menghadapi segalanya sendiri sampai akhirnya Laluna bertemu dengan seorang cowok bernama Rasi Bintang yang sejak saat itu mengubah hidupnya.

Dan Jika Bulan Tidak Pernah Ada juga jadi cerita yang mengubah hidup gue. Cerita ini buat gue jadi ada di antara daftar Pemenang Wattys 2021. Sebegitu dahsyatnya cerita ini sampai bisa wujudkan impian gue selama empat tahun buat jadi Pemenang Wattys.

Gue gak tau apa yang dilakukan Laluna atau Rasi sama hidup gue, tapi menuliskan kisah mereka walaupun gue udah kasih cerita yang menyakitkan untuk mereka hadapi, cuma ternyata dua tokoh ciptaan gue juga yang malah menyelamatkan gue.

Padahal gue udah menyiapkan dua cerita lain, yang bahkan sangat gue persiapkan matang, tapi ternyata Jika Bulan Tidak Pernah Ada yang buat gue jadi lebih dekat lagi sama Wattpad.

Jujur, gue hampir nyerah karena sebelum pengumuman Pemenang Wattys, gue pikir 2021 jadi tahun paling hancur dalam karier menulis gue. Cerita gue gak ada yang baca, gak ada yang komentar, novel gue gak laku, penjualan novel yang terbit pun turun drastis, dan gak se-hype yang gue mau. Gue selalu iri (huhu sifat manusia banget ya) sama penulis lain, cerita-cerita mereka bahkan sampai puluhan juta pembaca, best seller, dan diadaptasi dengan segala hal yang ada di dalam daftar writing goals gue.

Tapi pas lihat pengumuman pemenang di Wattys, cerita Jika Bulan Tidak Pernah Ada masuk jadi salah satu Pemenang Wattys 2021 kategori New Adult.


Gue pun terima DM dari Wattpad kalau cerita Jika Bulan Tidak Pernah Ada memenangkan Penghargaan Wattys 2021. Alhamdulillah banget, gue langsung sujud syukur dan cerita ke orang-orang dengan muka sangat bahagia. Meski pengumuman di bulan Desember, yang gue pikir gue akan menutup tahun dengan penuh kegagalan, tapi ternyata pengumuman itu benar-benar mengejutkan gue.


Gue sangat berterima kasih sama Wattpad dan seluruh juri yang memberi kesempatan cerita Jika Bulan Tidak Pernah Ada untuk jadi Pemenang Wattys 2021. Sekaligus menyelamatkan dan memberi gue kepercayaan buat jangan berhenti nulis.

Buat pembaca gue yang masih mau mendukung gue meski cerita gue yang baca sedikit, terima kasih banyak.

Dan keluarga gue, terkhusus mama dan adik-adik gue yang selalu mendengarkan segala keluh kesah gue setiap hari tentang karier nulis gue. Gue tau kalian mungkin bosan dengarnya. Tapi cuma kalian yang gue punya untuk dengar cerita-cerita kegagalan gue. I love you so much!

Untuk kalian yang sedang baca ini, mau baca cerita Jika Bulan Tidak Pernah Ada bisa langsung cek Wattpad @erlitascorpio atau klik link INI.
Continue reading Pemenang Wattys 2021 Indonesia

Sabtu, 27 November 2021

, , , , , , ,

Pengalaman Ikut Author Rising 2020

Pengalaman Ikut Author Rising 2020

Hai hai semuanya!

Gimana kabar kalian? Semoga selalu sehat dan baik-baik aja ya.

Yang belum kenal sama gue, kenalan yuk! Gue Erlita Scorpio. Lebih banyak habisin waktu buat nulis cerita di Wattpad dengan akun @erlitascorpio. Gue juga udah terbitin 4 novel di penerbit mayor. Kalau mau lihat-lihat ada di Instagram @erlitascorpio atau nanti mungkin gue akan buat artikel khusus novel-novel gue di sini.

Jujur sih gue gak terbiasa nulis artikel di blog gini. Paling mentok ya di caption Instagram buat bahas apa yang ada di pikiran gue. Tapi kali ini sesuai judulnya, gue mau bahas pengalaman gue ikut Author Rising 2020.

Apaan sih Author Rising 2020?


Author Rising 2020 adalah event menulis yang diadakan oleh penerbit KataDepan x Wattpadindo. Kebetulan tahun 2020 adalah pembukaannya atau bisa dibilang 2020 itu angkatan pertama dimulai Author Rising. Hadiah yang bisa didapatkan adalah naskah cerita kalian akan diterbitkan oleh penerbit KataDepan atau penerbit rekanannya.

Apalagi juri dan mentor yang bukan kaleng-kaleng deh. Buat gue yang ikut Author Rising 2020 merasa beruntung banget bisa jadi bagian dari event ini. Karena kita dikasih kebebasan mau tulis cerita kayak gimana dan mau tema apa pun dari genre apa aja, asalkan memenuhi persyaratan dan bukan plagiat, kita boleh mengikuti event ini.

Awalnya gue bimbang mau ikut event ini atau nggak. Sedangkan tahun 2020, karier menulis gue benar-benar turun banget. Gue gak terbitin buku apa-apa. Pembaca di Wattpad gue pun sedikit jadi mustahil tiba-tiba ada penerbit yang tawarin mau terbitin cerita gue di Wattpad. Ikut lomba pun gak ada yang lolos sampai gue berakhir nangis dan gak tau mau diapain tuh cerita. 

Padahal waktu dan tenaga gue udah gue kasih semua buat tamatin cerita. Sampai gue pasrah jadi gue kirim aja naskah tamat gue di Wattpad ke Author Rising 2020 tanpa punya ekspektasi apa-apa, Karena kayak ... anjir benar-benar drop banget gue tahun 2020.

Gue akhirnya benar-benar mendaftarkan diri buat jadi peserta Author Rising dengan naskah yang harus gue siapkan. Gue kirim dua cerita waktu itu, judulnya Sadajiwa dan Labirin & Kekacauannya

Tepat tanggal 26 November 2020 gue kirim dua naskah itu lewat email dan dapat balasan buat tunggu pengumuman seleksi tahap satu tanggal 4 Desember 2020.

Cukup bentar sih buat gue tunggu sampai akhirnya pengumuman pun ada di Instagram penerbit KataDepan. Gue kan bilang gue gak berekspektasi apa-apa ya sama naskah gue karena udah terlalu banyak penolakan sepanjang tahun 2020. Tapi tetap aja gue deg-degan dan takut sendiri, berharap judul naskah gue ada di salah satu peserta yang lolos. Dan benar aja gue lolos seleksi tahap satu Author Rising 2020.

Sayangnya yang lolos cuma satu naskah aja, judulnya SADAJIWA. Cerita itu yang lolos sementara Labirin & Kekacauannya harus menerima nasib untuk kalah.

Gue jingkrak-jingkrak dan cerita ke semua orang di rumah. Setelah gue capek penolakan sana-sini, akhirnya ada naskah gue yang lolos tepat di akhir-akhir tahun 2020. Nangis banget gue. Benar-benar nangis bahagia pas tau naskah SADAJIWA lolos seleksi. Apalagi ada 1400+ naskah yang masuk dan alhamdulillah cerita SADAJIWA beruntung bisa sampai di titik ini.

Dari situ gue dan peserta lain yang lolos ikut mentoring bareng mentor-mentor kece, lengkapnya kalian bisa intip siapa mentornya di IG penerbit Kata Depan. Sambil mentoring, peserta juga diminta untuk revisi ceritanya lagi.

Gue dibantu sama panitia apa yang kurang dari cerita SADAJIWA, apa aja yang harus diperbaiki, dan gue benar-benar gak tidur sih buat revisi ceritanya haha😂. Tapi gak apa-apa yang penting naskah gue bisa lebih baik dan gue bisa lolos ke tahap selanjutnya. Bocoran yang dikasih tau kalau ada tiga tahap buat bisa menentukan jadi pemenang.

Gue masih ada di tahap satu yaitu ada sekitar 50 peserta yang lolos, sampai nanti ke tahap dua akan ada pengumuman lagi. Gue pun yang udah revisi naskah, kembali kasih naskahnya lewat email. Dan lagi-lagi dibuat panik sama pengumuman tahap dua buat tentuin 25 peserta Author Rising 2020.

Tapi Allah SWT yang baik selalu buat kejutan yang berhasil bikin gue bahagia. Gue bisa lolos ke tahap  25 Author Rising.


Alhamdulillah nama gue ada lagi di pengumuman dan gue pun ikut mentoring kedua yang diadakan sama KataDepan. Walaupun pas tahap tiga sayangnya naskah SADAJIWA gak lolos buat ke akhir, tapi nggak apa-apa karena sampai di titik ini pun gue udah amat bersyukur bisa lolos.

Allah masih baik sama gue dikasih rezeki akhir tahun yang benar-benar berarti setelah bulan-bulan sebelumnya gue lebih banyak nangis😥

Apalagi KataDepan juga bilang meskipun naskah gue gak menang, untuk peserta yang lolos 50 besar tetap diterbitkan oleh penerbit KataDepan dan rekanannya. Gue udah amat sangat bersyukur dan nangis bahagia. Walaupun gue gak menang tapi jadi 25 besar udah buat gue bawa cerita SADAJIWA jadi versi cetaknya.

Dan terwujudnya impian gue sejak dulu di antara perbincangan kecil sama teman-teman gue di sekolah kalau keren banget bisa diterbitkan sama penerbit KataDepan. Sekarang, obrolan itu terwujud karena  penerbit KataDepan jadi rumah untuk naskah SADAJIWA.

BLURB:
Aku masuk ke ruang gelap, agar aku tidak bisa lagi melihatmu. Agar aku juga tidak bisa lagi mengingatmu. Karena yang aku pikirkan sekarang, bagaimana cara bisa keluar dari sana dan hidup tanpa dirimu? 

* * * 

Sadajiwa dan Noura seperti pecahan kaca yang berserakan. Mereka hancur namun itu yang membuat mereka bertemu.

Sadajiwa dan Noura seperti kisah cinta yang menyedihkan. Mereka terluka namun itu yang membuat mereka saling mengenal.

Saat Sadajiwa dan Noura tahu bahwa mereka hanya bermimpi indah, mereka baru menyadari jika seseorang yang mereka berdua harapkan tidak pernah ada.


Novel SADAJIWA sudah bisa dibeli di GRAMEDIA, Shopee, Tokopedia, dan seluruh toko buku di Indonesia.

Kesimpulan yang gue dapat dari pengalaman gue di Author Rising terutama di tahun 2020 sendiri. Dalam hidup gue, akan ada waktunya untuk gue bisa menemukan rezeki gue sebagai manusia. Mungkin nggak sesuai harapan dan impian gue. Tapi Allah SWT lebih tau apa yang terbaik buat gue. Allah nggak pernah benar-benar kasih gue masalah yang sangat berat karena buktinya, gue masih bisa melewati tahun 2020 yang panjang sampai akhirnya gue bertemu kebahagiaan di akhir. Dengan melewati naskah SADAJIWA, wujud kecil namun berarti besar buat gue sendiri.

Kalian punya naskah? Nasibnya sama kayak gue? Mau ikut Author Rising di tahun berikutnya?

Jangan ragu buat ikut, karena gue juga nggak ragu buat memulai.
Continue reading Pengalaman Ikut Author Rising 2020