Minggu, 25 Desember 2022

, , , , ,

Jourlita #3

Ketika Semua Keinginan Tidak Terwujud



* * *

Gue selalu berpikir, setiap tahun, setidaknya semua keinginan gue tercapai. Atau minimal ada satu yang nggak bikin gue sedih banget mikirnya, kayak ... oh syukur deh senggaknya resolusi gue tahun ini masih ada yang terwujud.

Tapi sayangnya tahun ini, satu pun dari daftar keinginan gue atau kata lain writing goals 2022 gue kayak lagi ngetawain. "Mampus lo, semua keinginan lo gak tercapai!"

Bohong kalau gue jawab gue nggak sedih, gue gak nangis, atau gue nggak marah. Rasanya semua perasaan antara sedih, kecewa, marah, dan lucu bercampur jadi satu.

Gue nggak tau kenapa hidup gue harus jalan sehancur ini? Gue gak tau kenapa gue harus jadi manusia yang gak beruntung buat hidupnya sendiri? Kayak gimana gue mau berguna buat orang lain kalau buat diri gue sendiri aja gue jadi manusia yang payah. Gue jadi manusia yang harus terus menerima kenyataan kalau hidup ini memang gak adil. Kenapa gak seterusnya Tuhan taruh gue gitu di antara manusia beruntung lainnya? Atau senggaknya tunjukkan kalau gue bisa mendapatkan keadilan di dunia yang fana ini.

Sampai waktu bulan dari 2022 berakhir, gue merasa gak punya tanda-tanda bahwa gue bisa mencapai satu goals gue tahun ini. Semuanya seakan pupus karena percuma, waktu gue udah habis tahun ini. Semua keinginan gue di 2022 harus ditulis ulang buat 2023, dan kalau 2023 gak tercapai juga, mungkin akan berlanjut sampai 2024 atau tahun berikutnya.

Dan gue gak tau, kapan waktu yang tepat Tuhan kasih buat gue bisa capai semua keinginan gue. Semua orang akan selalu bilang, "Tunggu, ada waktunya yang tepat kok."

Gue selalu mau ketawa, tunggu? Tunggu sampai berapa lama? Tunggu sampai kapan gue bisa wujudkannya? Kenapa terus bilang tunggu padahal manusia punya sifat sabar yang kecil?

Gue benci menunggu.
Continue reading Jourlita #3